Manga Naruto dan Raksa Ibrahim: A Lover’s Discourse

Semenjak diperkenalkan dengan komik Jepang berjudul Naruto tiga setengah tahun yang lalu. Saya terus mengikuti perkembangan cerita komik ini. Naruto melalui imaji dan narasi di dalamnya telah membius pikiran saya. Saya selalu menantikan kehadiran bab terbaru dari Manga Naruto di Internet setiap minggunya. Saat ini saya telah mengumpulkan lebih dari 120 bab dan memiliki scanlation yang cukup lengkap dari awal hinga yang terbaru. Kegiatan membaca komik terutama Naruto telah menjadi candu dan rutin dilakukan setiap minggu selama saya kuliah di Bandung.

Naruto telah menjadi candu yang membuat diri ini bersama dengan ribuan orang lainnya ketagihan dan penasaran. Jika tidak percaya coba lihat jumlah pengunjung setiap bulannya pada beberapa situs mengenai Naruto. Ketagihan akan Naruto memberikan kenikmatan dan kebahagian yang luar biasa saat membacanya. Mengapa Naruto yang hanyalah sebuah komik memiliki kemampuan yang sedahsyat itu?

Naruto bukan sembarang komik tetapi sebuah teks yang memiliki nyawa dan kemampuan retoris yang mengagumkan. Sebagai sebuah teks, Naruto juga merupakan wacana yang menjadi bagian dari proses interaktif pemaknaan dalam kehidupan sehari-hari. Naruto merupakan pertautan imaji dan narasi yang menghubungkan manusia (seperti saya) dengan dunia imajiner dan realitas yang telah dikontsruksikan seperti saat ini. Realitas yang menunjukan bahwa individu dan sekelompok masyarakat selalu mendambakan perdamaiaan. Perdamaian yang dalam proses pencapaiannnya membutuhkan banyak pengorbanan. Naruto perlahan tapi pasti menunjukan/menceritakan usaha mencapai perdamaian yang melewati peperangan dan pertarungan antar kelompok masyarakat. Pertarungan/peperangan menjadi bagian yang tidak terelakan dalam proses perdamaian.

Pertarungan/peperangan menjadi bagian yang hampir selalu menghiasi panel ilustrasi dalam Naruto. Inilah wacana yang menjembatani realitas dan imajinasi sekaligus berkuasa menentukan arah interaksi antar kelompok masyarakat. Wacana yang menekankan pada usaha mencapai perdamaian antar kelompok masyarakat yang selalu berkonflik. Wacana ini akhirnya menjadi dominan dan berakar menjadi hal yang alamiah.Wacana adalah kekuasaan yang mengarahkan dan menentukan pengetahuan mengenai berbagai hal di dalam masyarakat. Kekuasaan dari wacana inilah yang membuat saya sedemikian terbius dan ketagihan oleh Naruto. Ketagihan yang saya alami terhadap Naruto diakibatkan kekuatan wacana.

Wacana ideologis di dalam Naruto adalah kenyataan yang saya nikmati. Seberapapun kerasnya saya berusaha menyangkal dan melarikan diri dari wacana dibalik Naruto maka semakin kuatlah wacana tersebut dan menyebar kepada organisme primata lainnya. Naruto telah menjadi wacana pemuas gairah dan pemicu imajinasi yang cukup memuaskan. Pada akhirnya tidak ada yang mengalahkan kepuasan dalam berplesir di dunia fana ini.

*Ditulis untuk selalu mengenang para pembimbing, kawan-kawan, Naruto, studi hubungan internasional dan usaha keras menyelesaikan proyek ambisius:

Mitos Realisme/Neorealisme Hubungan Internasional Dalam Manga Naruto: Suatu Analisis Semiotika.